SADAP_Gerakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang telah dinyatakan terlarang sejak 2017 kembali menjadi perhatian. Hal ini mencuat setelah muncul aksi massa dengan membawa simbol organisasi tersebut di beberapa tempat di Indonesia pada Minggu (2/2/25).
Menyikapi hal ini, Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Al Falah As-Sunniyah (UAS) Kencong, Jember, Dr. H. Asnawan, S.Pd.I., M.S.I, turut angkat bicara dan menghimbau mahasiswa serta masyarakat untuk tetap waspada terhadap propaganda HTI yang masih berupaya menyebarkan ideologi khilafah.

Menurut Asnawan, meskipun HTI telah dibubarkan melalui Perppu No. 2 Tahun 2017 yang disahkan menjadi Undang-Undang No. 16 Tahun 2017, kelompok ini masih bergerak di bawah radar. Mereka diduga menyebarkan pahamnya dengan berbagai cara, termasuk melalui media sosial dan forum diskusi yang menyasar generasi muda.
“HTI memang sudah dilarang secara hukum, tetapi ideologi mereka masih terus disebarkan, terutama dengan menargetkan anak muda yang masih mencari jati diri. Mereka bisa saja hadir dengan nama lain, namun doktrin yang diajarkan tetap sama, yakni menolak sistem demokrasi dan mengusung konsep khilafah,” ujar Asnawan.
Ia menambahkan, keberadaan HTI bukan sekadar ancaman ideologi, tetapi juga dapat mengguncang stabilitas nasional jika dibiarkan berkembang. Oleh karena itu, ia meminta seluruh mahasiswa untuk lebih selektif dalam menyaring informasi, terutama yang beredar di media sosial.
Sebagai institusi pendidikan, UAS Kencong memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk pola pikir kritis mahasiswa agar tidak mudah terpengaruh ideologi transnasional. Asnawan menekankan, bahwa kampus harus menjadi benteng dalam menangkal penyebaran paham yang dapat mengancam persatuan bangsa.
“Salah satu cara efektif adalah dengan meningkatkan literasi dan pemahaman kebangsaan. Mahasiswa harus didorong untuk lebih mengenal sejarah perjuangan bangsa, nilai-nilai Pancasila, serta bahaya ideologi yang bertentangan dengan NKRI,” jelas Presma UIN KHAS Jember 2007 silam.
Sebagai langkah konkret, Asnawan menegaskan bahwa UAS Kencong akan terus berupaya membangun kesadaran di kalangan mahasiswa agar tidak mudah terpengaruh oleh ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
“Kami berkomitmen untuk menjaga kampus tetap menjadi tempat yang aman dari paham-paham yang dapat mengancam NKRI. Ini bukan hanya tugas pemerintah atau organisasi tertentu, tetapi tanggung jawab kita bersama,” tegasnya.
Selain berbicara sebagai akademisi, Asnawan juga menegaskan sikapnya sebagai Sekretaris Pimpinan Cabang PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kencong. Ia menyatakan bahwa Ansor bersama Banser akan terus menjaga keutuhan NKRI dengan melawan penyebaran ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
“Kami satu komando mendesak pemerintah untuk mengambil langkah tegas jika ada indikasi HTI kembali beraktivitas. NKRI adalah hasil perjuangan panjang para ulama dan pendiri bangsa, dan kita tidak boleh membiarkan pihak-pihak yang ingin menggantinya dengan sistem lain,” tegas sekretaris Ansor dua periode tersebut.
Di era digital seperti sekarang, penyebaran paham radikal semakin mudah dilakukan melalui berbagai platform media sosial. Oleh karena itu, Asnawan menghimbau masyarakat, khususnya Ansor dan Banser, agar lebih waspada terhadap kampanye yang mengkritik demokrasi dengan menawarkan sistem khilafah sebagai solusi.
“Mereka sering kali membungkus propaganda dengan dalih memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan. Namun, jika kita cermati lebih dalam, ideologi yang mereka usung justru mengancam keberagaman dan keutuhan Indonesia,” pungkasnya. (*)