SADAP_Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kencong menggelar acara Diskusi Bersama Rohman Basori, Kepala Pusat Pendanaan Kementerian Agama RI, Jumat (13/3/25) malam di Dira Rustic, Kencong, Jember. Acara ini melibatkan Pengurus Harian (PH) PC GP Ansor Kencong.
Dalam forum ini, Rohman Basori menegaskan bahwa GP Ansor memiliki peran strategis dalam menjaga Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) serta mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dua hal ini, menurutnya, merupakan tugas utama yang harus terus diemban oleh setiap kader Ansor di seluruh Indonesia.

Rohman menegaskan bahwa GP Ansor sejak awal pendiriannya telah terbukti sebagai pejuang Aswaja yang konsisten dalam menegakkan Islam yang moderat, toleran, dan rahmatan lil ‘alamin. Di tengah berbagai tantangan zaman, GP Ansor selalu hadir sebagai garda terdepan dalam menghadapi kelompok-kelompok radikal yang ingin merusak tatanan keislaman dan kebangsaan Indonesia.
“Kelompok radikal yang non-Aswaja sejak lama mencoba ikut dalam kontestasi negeri ini, tetapi selalu gagal karena ada NU yang menjaga. Salah satu elemen penting dalam pertahanan ini adalah GP Ansor,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat GP Ansor tersebut.
Ia juga menyinggung ancaman lain terhadap NKRI, termasuk ideologi komunis yang berusaha menggeser arah bangsa. Menurutnya, sejarah telah membuktikan bahwa NU, termasuk GP Ansor di dalamnya, adalah kekuatan utama yang membendung berbagai upaya tersebut.
“Menjaga NKRI dari tangan komunis adalah bagian dari sejarah perjuangan kita. Ketika ada yang ingin membawa Indonesia ke arah yang lain, GP Ansor selalu berada di barisan terdepan untuk membentengi negeri ini,” tegasnya.
Dalam kesempatan ini, Rohman juga menyinggung salah satu program besar GP Ansor di eranya, yakni Kirab Satu Negeri. Program ini menjadi salah satu cara nyata GP Ansor dalam menyebarkan paham Aswaja dan meneguhkan komitmen dalam menjaga keutuhan NKRI.
“Melalui Kirab Satu Negeri, kita menggerakkan Indonesia dengan semangat kebangsaan dan keislaman. Kita tidak hanya berbicara tentang menjaga, tetapi juga membangun dan memperkuat persatuan,” jelasnya.
Program ini, menurut Rohman, adalah bagian dari strategi besar GP Ansor dalam menghadapi berbagai ancaman yang berusaha menggoyahkan kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara. Selain itu, program ini juga menjadi ajang bagi kader-kader muda Ansor untuk semakin memahami dan mengamalkan nilai-nilai Aswaja dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam forum ini, Rohman juga menyoroti bahwa meskipun GP Ansor memiliki jumlah kader yang besar, hal tersebut belum cukup untuk memberikan dampak yang lebih luas di masyarakat. Ia menekankan pentingnya peningkatan kapasitas kader, baik dalam hal wawasan keislaman, kebangsaan, maupun keterampilan profesional.
“Menjadi bagian dari Ansor saja belum cukup. Kita butuh capacity building, butuh ilmu, pengalaman, dan keterampilan. Kita harus memastikan bahwa kader-kader Ansor tidak hanya banyak secara kuantitas, tetapi juga memiliki kapasitas yang mumpuni untuk berkontribusi lebih besar bagi negeri ini,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa masih banyak kader GP Ansor yang belum menempati posisi strategis dalam birokrasi dan pemerintahan. Padahal, kehadiran kader Ansor di berbagai lini strategis sangat penting untuk memastikan kebijakan yang diambil tetap sejalan dengan nilai-nilai Aswaja dan kebangsaan.
“Saat ini, masih sedikit kader Ansor yang menduduki posisi strategis di birokrasi. Padahal, kita butuh orang-orang yang memahami Aswaja dan kebangsaan untuk ikut merancang kebijakan yang berdampak luas bagi masyarakat,” lanjutnya.
Rohman berpesan agar kader GP Ansor terus bersemangat dalam berjuang dan tidak mudah puas dengan apa yang telah dicapai. Ia mengajak seluruh kader untuk terus belajar, berkembang, dan mengambil peran strategis dalam berbagai bidang kehidupan.
“GP Ansor harus terus berkembang. Kita tidak boleh hanya menjadi penonton, tetapi harus menjadi pemain yang aktif dalam membangun negeri ini,” pungkasnya.(*)